Future

Future

Jumat, 17 Desember 2010

RESENSI BUKU WARKOP DKI



WARKOP

Dari sekedar bercanda..hingga menjadi legenda

Siapa yang tidak kenal dengan grup lawak Warung Kopi yang beken disebut Warkop, yang mulai berkibar dikancah perlawakan Indonesia yang digawangi oleh trio Dono, Kasino, dan Indro (DKI). Warkop DKI pada masa 80’an sampai dengan akhir 90’an memang merajai dunia perfilman tanah air, dan film-filmnya hingga kini masih tetap menjadi suguhan rutin di hari Idul Fitri, walaupun saat ini personel yang tersisa hanya Indro, karena Kasino dan Dono telah lebih dulu menghadap sang Khalik.

Lawakan mereka yang khas dengan mengusung latar belakang “intelektual kampus”, Warkop DKI lebih banyak menyuguhkan candaan slapstick, parodi plesetan lagu-lagu terkenal baik dalam dan luar negeri pada jamannya, sampai dengan sindiran terhadap kebijakan pemerintah. Akan tetapi metode lawakan yang demikian justru menjadi cepat diterima dan diingat masyarakat dibandingkan grup lawak lain yang gaya candaannya lebih banyak adegan kontak fisik dan sengaja dibuat-buat.

Puluhan film karya mereka telah banyak menyedot jutaan penonton bioskop pada masa tersebut, padahal pada masa itu juga, perfilman di Indonesia sedang lesu dan nyaris mati suri, kalaupun ada lebih banyak film yang mengumbar dan bertemakan “seks”. Ketenaran mereka di dunia perfilman nasional dan perlawakan Indonesia bisa disejajarkan dengan Alm. Benyamin dan Ateng-Iskak yang pada masa itu, film-film keduanya juga banyak menghiasi bioskop-bioskop tanah air.

Kehidupan para personel Warkop DKI di luar dunia film juga dikatakan jauh dari hingar bingar gossip atau gaya hidup borju seperti kebanyakan artis yang mendadak tenar. Bahkan mendekati akhir hayatnya, Dono masih aktif di dunia kampus sebagai pengajar sosiologi Universitas Indonesia.

Mungkin banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa pada awalnya personel Warkop bukan hanya mereka bertiga. Bagaimana sejarah terbentuknya dan perjalanan Warkop yang dahulu masih mengusung Warkop Prambors, karena pada awalnya personel Warkop memulai karir sebagai pengisi acara lawak di stasiun radio Prambors.

Indro sebagai personel terakhir dari Warkop DKi, bermaksud menghidupkan kembali memori dan kerinduan masyarakat akan profil Warkop DKI. Dengan didukung oleh Rudy Badil yang pada awalnya juga personel Warkop (Prambors) pada saat masih eksis di Radio, dan rekan-rekan pada masa aktif di kampus, mereka berdua mencoba mengeluarkan kenangan mereka akan Warkop melalui tulisan buku yang berjudul “Warkop, Main-Main Jadi Bukan Main”.

Buku setebal 278 halaman ini akan membawa pecinta Warkop menikmati perjalanan grup tersebut, mulai dari lingkungan kampus, stasiun Radio, panggung, layar lebar, sampai dengan sinetron. Dalam buku ini, pembaca juga akan disuguhkan potongan slapstick lawakan mereka, lagu-lagu yang diplesetkan, hingga potongan scene dari film-film mereka yang akan membawa pembaca bernostalgia terutama dengan karakter khas Warkop DKI yaitu Dono alias Slamet alias Bemo, Kasino alias Sanwani, dan Indro alias Joy alias Paijo.

KEHIDUPAN KAMPUS DAN RADIO

Buku ini menceritakan bahwa pada mulanya empat mahasiswa FISIP UI yaitu Rudy Badil, Kasino, Nanu “Poltak”, dan Dono memang dikenal dijurusannya masing-masing sebagai tukang cela dengan sindiran yang mereka istilahkan folklore. Mereka kemudian menjalin pertemanan akrab dan pada tahun 1973 mereka berempat mulai aktif mengisi acara di Radio Prambors yang berlokasi tidak jauh dari kampus UI daerah Salemba.

Dari Radio inilah mereka mulai dikenal masyarakat dengan lawakan-lawakan segar dibalut intelektualitas yang mereka miliki. Mereka sering memarodikan ucapan-ucapan atau dialog politik sampai lawakan yang memakai konotasi negative. Dan pada tahun 1975, mahasiswa Universitas Pancasila bernama Indrojoyo alias Indro yang berdomisili di daerah Borobudur Cikini, resmi bergabung dan pada akhirnya mereka berlima membentuk Warung Kopi Prambors.

Seiring dengan perkembangannya, siaran Warkop Prambors mulai mendapat perhatian masyarakat dan membuat masyarakat penasaran seperti apa Warkop Prambors tersebut. Dalam buku ini, penulis juga menyisipkan potongan kalimat-kalimat celaan lucu dari para personelnya yang hingga kini masih banyak diingat masyarakat.

Dari acara Radio inilah mereka mulai banyak menghasilkan kaset-kaset berisi rekaman siaran mereka. Istilahnya kaset tersebut adalah film mereka namun tanpa gambar. Kaset-kaset karya mereka juga mulai laris dicari masyarakat yang memang pada awalnya pendengar tetap acara Warkop Prambors di Radio. Dari kaset ini juga, mereka mulai memasukkan musik-musik jenaka dan music yang berasa dari plesetan lagu-lagu hits artis tenar pada masanya. Mereka juga banyak mengangkat orkes music kampus yang pada awalnya kurang dikenal menjadi ngetop seperti Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (OM PSP). Hingga akhirnya pada tahun 1979 mereka terjun ke dunia layar lebar, namun personel Rudy Badil memutuskan untuk di belakang layar sebagai penulis naskah sehingga dalam film perdana mereka Warkop Prambors hanya berempat yaitu Dono, Kasino, Indro, dan Nanu.

RAJA BIOSKOP

Pada awal kemunculan film perdana saja, penonton sudah dibuat tertawa dengan adegan-adegan dan dialog dalam film “Mana Tahan”. Mereka berempat memadukan budaya yang berbeda dalam satu alur, yaitu Batak, Jawa, dan Betawi. Film perdana mereka bisa dibilang sukses dan menjadi awal keseriusan mereka untuk menekuni dunia perfilman tanah air.

Barulah pada film kedua di tahun 1980, Warkop Prambors hanya muncul bertiga, yaitu Dono, Kasino, dan Indro. Sedangkan Nanu, sempat mengalami miskomunikasi dengan keiga rekannya karena menerima tawaran bermain film sendiri dan mengakibatkan hubungan mereka agak renggang. Hingga pada tahun 1983, akibat sakit gagal ginjal, Nanu meninggal dunia. Hal ini mengakibatkan pukulan mendalam bagi Warkop Prambors.

Film demi film terus mereka produksi dan pada tahun 1986, mereka memutuskan untuk mengganti nama menjadi Warkop DKI (Dono Kasino Indro). Film mereka pun terus merajai perfilman nasional dan bisa dibilang sebagai penyeimbang antara film Rhoma Irama dan Film yang bertaburan “Bom Seks”. Sampai akhir tahun 1994 total grup Warkop menelurkan 34 karya mereka di dunia film. Suatu karya yang tidak sedikit untuk kategori pelawak dan hanya bisa dilampaui oleh pelawak legendaris lainnya yaitu Bang Ben alias Benny alias Alm. Benyamin. Buku ini juga menampilkan sinopsis tujuh film yang dianggap memiliki kenangan tersendiri bagi penulis (Indro dan Rudy Badil).

Tidak bisa dipungkiri, Warkop DKI telah menjadi legenda lawak tanah air dan belum ada lagi pelawak sekarang yang bisa menyamai keberhasilan mereka, kalaupun ada itupun hanya sebatas di dunia panggung hiburan, bukan layar lebar. Film-film Warkop secara tidak langsung juga ikut mempopulerkan bintang-bintang baru seperti Mat Solar, Mamat Metal, Jack John, Dorman Borisman, nur Tompel, sampai Pak Tile atau menggandeng bintang-bintang beken seperti Nurul Arifin, Sally Marcelina, Kiki Fatmala, dan Eva Arnaz. Dalam film perdananya mereka bahkan berduet dengan Ratu Dangdut Elvi SUkaesih.

Selain itu film-film mereka juga identik dengan selingan parodi musikal yang menghibur dan masih dihafal oleh sebagian masyarakat pecinta Warkop seperti lagu Ticket to Ride (The Beatles), Black Liong, Mamayukero, Mars Warung Kopi, Aku Anak Desa, Beat It (diplesetkan menjadi Kecepirit), sampai lagu instrumen dalam film CHIPS.

Aktivitas mereka di dunia perfilman layar lebar mulai surut pada tahun 1995 bersamaan dengan kesehatan Kasino yang mulai menurun, sehingga mereka memutuskan untuk beralih ke sinetron. Dasar memang popularitas dan basis penggemar yang banyak, sinetron mereka pun menyedot rating penonton yang cukup lumayan untuk sebuah sinetron komedi.

PERSAHABATAN TIADA AKHIR

Kekompakan Warkop DKI memang sudah teruji, bahkan selama mereka berkarir, kehidupan diluar dunia acting mereka jauh dari publikasi ataupun gossip-gosip yang kurang enak. Mereka memiliki manajemen yang bagus sehingga tetap eksis dan tidak ada yang namanya ngetop secara individu layaknay grup lawak sekarang seperti Sule, Parto, dan Narji.

Pada tahun 1997, Kasino Hadiwibowo berpulang kepada sang Khalik akibat penyakit tumor otak yang sudah lama dideritanya. Dan pada tahun 2000, Wahjoe Sardono alias Dono alias Slamet, menyusul Kasino untuk meninggalkan alam dunia. Kehilangan dua personel dalam waktu yang relative singkat membuat Indrojoyo alias Indro menjadi terpukul. Walaupun sepeninggal mereka, Indro mencoba eksis dengan bendera Warkop awalau seorang diri, tetap tidak ada yang bisa menggantikan peran kedua maestro lawak tersebut di hati Indro, hingga akhirnya pada pertengahan tahun 2000’an, Warkop resmi menarik diri dari hingar bingar perfilman.

Ketenaran Warkop DKI selain karena kelucuan mereka juga karena bakat atau pembentukan karakter unik yang tidak disadari pelawak lain. Dono yang selalu sial, objek celaan, dan selalu bertampang udik nan polos. Kasino yang cerdas dalam menyanyikan lagu-lagu terutama lagu barat dan dengan spontan memarodikan tersebut dengan lirik yang mengundang tawa. Indro yang selalu usil dan pandai memainkan alat musik terutama seruling. Perpaduan bakat tersebut juga didukung dengan kepiawaian mereka membawakan budaya dan logat etnis tertentu, Dono yang Jawa tulen, Kasino yang Betawi, dan Indro yang terkadang berlogat Batak. Keunikan masing-masing karakter tersebut yang membuat ketiganya mampu menyuguhkan lawakan yang bervariatif dan tidak monoton kepada satu personal.

Jumlah personel Warkop DKI yang berjumlah tiga orang, hingga kini menjadi tren kemunculan grup-grup lawak baru yang mengikuti formasi Warkop DKI yaitu 3 personel dengan peran yang sama dengan Warkop DKI yaitu tukang pancing keadaan, eksekutor celaan, dan objek celaan. 25 Tahun perjalanan Warkop DKI yang kini tinggal Indro seorang, akan tetap dikenang masyarakat sebagai legenda lawak yang hingga kini pun film mereka menjadi primadona di kala musim libur tiba.

PENUTUP

Secara objektif walaupun saya adalah penggemar Warkop, menilai Buku ini patut mendapat nilai 8 yang artinya baik. Dengan buku ini kita bisa mengetahui sejarah dan perjalanan awal Warkop, mengingat kembali lawakan-lawakan yang pernah ngetop mulai dari Radio hingga televisi, sampai dengan penghargaan yang pernah mereka terima baik dari pemerintah maupun dari komunitas perfilman.

Indro dan Rudy Badil selaku penulis dan juga saksi sejarah Warkop, jelas memahami betul apa yang harus dituangkan dalam buku yang lebih tepat disebut sejarah Warkop. Sehingga ketika kita membaca tulisan mereka, kita akan merasa sedang menonton film mereka dan tanpa sadar pasti aka nada halaman yang membuat kita tersenyum geli bahkan tertawa.

Mungkin yang menjadi kekurangan dari buku ini adalah bagian pembuka yang terlalu panjang dan justru menceritakan situasi politik di tahun 1960’an, tahun yang sebenarnya bagi kita agak sulit untuk dibayangkan seperti apa keadaannya. Sepertinya penulis ingin membawa pembaca mengetahui bahwasanya selain menjadi pelawak kampus, mereka juga aktif dalam menentang kebijakan politik yang menyengsarakan rakyat pada masa itu (sekarang pun masih, malah lebih sengsara). Penempatan potongan berita-berita dalam beberapa kolom pada satu halaman, juga sedikit menggangu alur membaca kita dan sedikit mengalihkan fokus pembaca yang pada awalnya sedang serius membaca satu bagian.

Terlepas dari kekurangan tersebut, buku ini patut untuk saya rekomendasikan kepada para pecinta buku berlatar biografi khususnya kepada penggemar film-film Warkop. Melalui buku ini, penggemar akan dibawa bernostalgia pada masa 80-90’an, apalagi dengan bonus CD yang berisi lawakan-lawakan mereka semasa di Radio, membuat kita semua khususnya penggemar Warkop selalu berujar “Warkop Ngga Ada Matinye” dan terus mengumandangkan slogan Warkop “Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang”. **

Jumat, 26 November 2010

BUDAYA FACEBOOK DI KALANGAN MAHASISWA

BUDAYA FACEBOOK

DI KALANGAN MAHASISWA

I. Fenomena Kemunculan Facebook

Mark Zuckerberg, pemuda kelahiran New York Amerika Serikat pada usianya yang ke 20 tahun, tiba-tiba ramai dibicarakan para penggemar dunia maya dan para programmer hamper di seluruh dunia. Ya, pemuda yang mengenyam pendidikan di Harvard tersebut membuat jagad dunia maya tersentak dan kagum dengan program yang sudah dibuatnya. Program yang pada awalnya didesain untuk membantu kelancaran dirinya dalam berinteraksi dengan civitas kampusnya mulai dari dosen dan mahasiswa Harvard lainnya, agar bisa mengenal rekan-rekan kampusnya dan mendapatkan informasi mengenai materi kuliah.

Facebook atau kumpulan wajah dari rekan-rekan kuliahnya. Nama program yang diciptakannya pada tahun 2004 ternyata malah menjadi icon, branchmark, dan tambang emas bagi dirinya. Semakin banyak komunitas yang ingin ikut dalam Facebook membuat pria keturunan Yahudi ini memutuskan untuk berhenti kuliah demi mengembangkan apa yang memang menjadi hobinya sejak berusia 8 tahun yaitu menciptakan program komputer.

Kini pertumbuhan pengguna dan pengakses Facebook diseluruh dunia sudah melesat sedemikian jauh dan semakin popular dan sebagai konsekuensi pemilihan oleh masyarakat, Facebook menenggelamkan popularitas situs jejaring sosial yang sudah ada sebelumnya dan sedang mengalami fase booming, yaitu Friendster, Live Connector, dan MySpace. Bahkan intensitas pemakaian dan akses oleh masyarakat diseluruh dunia setiap harinya, bisa disejajarkan dengan mesin pencari Google atau Yahoo.

Facebook kini berkembang sebagai mesin interface raksasa dengan jutaan pengguna. Tampilannya yang sederhana, fiturnya yang komplit, dan pengoperasian yang user friendly, membuat Facebook semakin membuat orang tertarik untuk mengakses dan menggunakannya. Facebook tanpa disadari telah banyak mempengaruhi dunia sosialita, pendidikan, bisnis, dan bidang lainnya di kehidupan masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan dan berbagai latar belakang sosial.

Semakin berkembangnya teknologi informasi dan naluri bisnis kaum intelektual dan manajerial, membuat penggunaan Facebook di masyarakat semakin menjadi-jadi bahkan bisa berulangkali dalam setiap harinya. Dahulu, masyarakat hanya bisa mengakses lewat internet, namun kini dengan dukungan 3G dan komunikasi selular, pengguna Facebook semakin dimanja dengan kehadiran handphone berbagai merek yang sudah pasti untuk mendongkrak penjualan selalu disebutkan bahwa handphone tersebut salah satunya bisa mengakses Facebook dengan disertai munculnya gadget fenomenal yaitu Blackberry.

Awal kemunculan dan booming-nya Facebook dirasakan sangat membawa perubahan dalam sosial masyarakat. Rekan lama yang mungkin sudah belasan tahun tidak bertemu, bisa dipertemukan lewat Facebook, dan tidak jarang Facebook malah dijadikan ajang untuk mencari jodoh, memasarkan produk secara online, atau membentuk dan menonjolkan eksistensi suatu komunitas tertentu sesuai hobi. Dengan kemudahan yang ditawarkan, Facebook masih tetap eksis walaupun semakin banyak mesin jejaring sosial yang bermunculan seperti Twitter, Flixster, atau Yahoo Koprol.

Namun perlu kita sadari bahwasanya konsumerisme terhadap suatu trend atau suatu penemuan baru, disatu sisi bisa membawa positif bagi perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat, namun disisi lain tetap akan ada nilai negatif yang ditimbulkan akibat pengaruh tersebut. Semuanya bergantung kepada bagaimana cara memanfaatkan dan mengikuti perubahan tersebut agar tetap bisa mendapatkan hasil positif dalam kehidupan bermasyarakat.

II. Eksistensi Facebook Dalam Lingkungan Kemahasiswaan

Kehidupan di lingkungan mahasiswa membutuhkan kecepatan, keaktifan, dan komunikasi yang efektif antara dua elemen yang saling timbal balik yaitu mahasiswa dengan dosen dan mahasiswa dengan mahasiswa. Aktivitas perkuliahan yang padat dengan disertai tugas-tugas deadline dan pencarian materi kuliah yang berkompeten, membuat semua elemen kampus setiap saat berhubungan dengan teknologi informasi berupa internet ataupun sarana komunikasi dunia maya lainnya.

Dari sekian banyak sarana komunikasi dunia maya, tak pelak Facebook merupakan mesin jejaring sosial yang paling banyak diakses dan dimanfaatkan oleh elemen kampus dalam menjalani aktivitas. Misalnya untuk membentuk perkumpulan berdasarkan hobi, olahraga, jurusan, kelas, dan kegiatan lainnya. Sebagai contoh kelas 4 KA 20 angkatan 2010, memanfaatkan Facebook untuk membuat group yang berisi mahasiswa yang sekelas dan bertujuan untuk menginfokan dan men-share hal-hal penting yang dapat membantu kelancaran kegiatan perkuliahan dengan pertimbangan mayoritas mahasiswa kelas 4 KA 20 adalah karyawan dan pekerja.

Dengan padatnya jadwal pekerjaan, mereka masih mempunyai semangat untuk terus meningkatkan pendidikan mereka. Namun mereka juga mempunyai hambatan dalam menghadiri perkuliahan akibat kesibukan pekerjaan mereka sehingga mau tidak mau mereka berusaha mencari informasi apa saja apabila mereka sedang tidak bisa mengikuti perkuliahan, salah satunya dengan memanfaatkan media Facebook.

Facebook juga dimanfaatkan oleh mereka untuk men-sharing dan saling berbagi serta saling membantu dalam hal distribusi materi kuliah, pengumuman kuis, atau diskusi tugas yang diberikan dosen. Sebenarnya para dosen juga dapat berpartisipasi dalam group kelas mahasiswa tersebut dan memberitahukan kepada mahasiswa dimana mereka bisa mencari materi kuliah, memberitahukan kehadiran si dosen tersebut, sampai dengan pemberitahuan tugas dan deadline-nya, sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri sebelumnya.

Akan tetapi banyak juga mayoritas mahasiswa yang memanfaatkan Facebook sebagai sarana komunikasi semata atau mengetahui status dan komentar-komentar yang ditulis oleh rekan-rekannya. Dengan mayoritas mahasiswa rata-rata mempunyai alat komunikasi handphone berbasis GPSR atau 3G, komunikasi via Facebook jelas dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (dengan pulsa yang memadai tentunya).

Disinilah muncul sisi negative dari pemanfaatan Facebook di kalangan mahasiswa. Seringkali mereka mengakses Facebook tanpa memperdulikan apa yang sedang dilakukannya dan akibatnya jelas menimbulkan ketidaknyamanan bagi dirinya sendiri ataupun bagi orang lain. Kini semakin banyak mahasiswa yang sering mengakses Facebook atau memainkan Blackberry mereka justru disaat mereka sedang mengikuti perkuliahan dalam kelas atau praktek. Hal ini jelas kurang etis apabila dipandang dari manapun karena sebagai mahasiswa tugas utama mereka adalah fokus dan memahami apa yang mereka palajari dalam perkuliahan.

Kebiasaan mahasiswa mengakses Facebook atau memainkan Blackberry di dalam kelas secara tidak langsung bisa menyinggung perasaan sang dosen yang sedang mengajar. Mungkin mereka tidak mengharapkan apa-apa dari mahasiswa, selain pelajaran yang diberikan dosen bisa dipahami dan diimplementasikan ketika sudah lulus kuliah. Namun sebagai seorang manusia, dengan tugas yang berhadapan dengan sekelompok manusia lainnya, jelas ingin mendapatkan perhatian atau tanggapan atas apa yang telah disampaikannya. Apabila trend mengakses Facebook atau memainkan Blackberry pada saat penyampaian perkuliahan semakin tidak terkendali, akan membawa dampak psikis tersendiri bagi dosen, diman mereka bisa beranggapan mereka tidak dihargai dan untuk apa mengajar dalam keadaan seperti ini, toh hanya membuang tenaga, waktu, dan pemikiran mereka.

III. Dampak dan Solusi Pemecahan Masalah

Fenomena Facebook di kalangan mahasiswa disatu sisi membawa pengaruh positif dan disisi lainnya jelas terdapat pengaruh negative. Pengaruh positive-nya adalah kemungkinan mahasiswa jarang tertinggal materi kuliah karena jaringan yang dibentuk dalam group kelas, menyediakan informasi mulai dari materi kuliah, pemberitahuan kuis, sampai dengan jawaban dari tugas yang diberikan dosen. Dengan prinsip all for one dan one for all, ikatan mahasiswa dalam suatu kelas menjadi kompak karena merasa senasib dan sepenanggungan menjalani suka duka perkuliahan.

Sisi negative pemanfaatan Facebook adalah mahasiswa menjadi kurang kreatif dalam berfikir dan menyelesaikan tugas, kemungkinan mahasiswa yang berotak encer akan dengan sukarela memberitahukan bahkan menjawab soal atau tugas yang diberikan dosen kemudian men-share ke group kelas mereka. Kemudian intensitas akses mereka yang tidak mengenal waktu dan tempat juga dapat mengganggu jalannya perkuliahan dalam kelas. Dan yang paling berbahaya adalah adanya kemungkinan mahasiswa yang menyampaikan uneg-uneg terhadap dosen tertentu melalui status Facebook. Kalau sudah demikian jelas hal tersebut membahayakan kredibilitas sang dosen yang belum tentu berlaku seperti itu.

Penyampaian uneg-uneg mungkin tidak bisa dicegah kecuali diberikan himbauan atau menjaga cara memberikan perkuliahan kepada mahasiswa yang memang semakin kritis bukan terhadap materi kuliah tetapi pembawaan cara mengajar materi kuliah. Terhadap akses Facebook dalam kelas, memang disatu sisi itu adalah hak mereka karena menggunakan aset mereka, namun perlu juga kiranya himbauan untuk melarang mengoperasionalkan handphone kecuali ada hal urgent, sehingga mahasiswa bisa lebih fokus dalam menerima materi perkuliahan.

Akan tetapi, semuanya kembali kepada kedewasaan dalam menanggapi kemajuan teknologi. Tetap harus ada sinergitas antar elemen kampus dengan pendekatan yang responsive dalam menyikapi budaya Facebook di kalangan mahasiswa guna terciptanya suasana perkuliahan yang kompeten.

************

Rabu, 16 Juni 2010

Kesan memiliki sebuah blog

...pertama-tama terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh blogger.com...

semakin banyaknya situs yang menyediakan percakapan di dunia maya, membuat masyarakat semakin sering memanfaatkan kelebihan fasilitas tersebut untuk berkomunikasi dengan rekan atau keluarga atau orang dekat yang mungkin sedang berada jauh atau untuk sekedar sharing dan berbagi pengetahuan atau pengalaman..

dari banyaknya fasilitas yang disediakan, blog adalah salah satu yang patut dicoba untuk menuliskan pengetahuan, pengalaman, atau hal-hal lain yang kita anggap menarik...
kualitas tulisan kita dapat kita nilai dari seberapa banyak orang lain yang mengomentari atau menanggapinya..

akhir kata..semoga saya pun bisa memberikan pemikiran dan tulisan dalam blog ini dan mendapat tanggapan positif dari blogger yang lain..

trims..